MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Saturday, 24 April 2010

~ Membuat Hati Penuh dengan Tawakkal kepada Allah ~


Aqidah Islam memerintahkan kepada setiap manusia agar hatinya selalu diliputi cahaya tawakkal kepada Allah.

Tawakkal, menurut istilah syara' berarti menghadapkan hati kepada Allah sewaktu bekerja seraya memohon bantuan kepadaNya dan bersandar hanya kepadaNya. Itulah esensi (rahsia) dan hakikat tawakkal.

Tawakkal terwujud dengan melaksanakan sebab-sebab (usaha) yang diperintahkan. Barangsiapa mengabaikannya, maka tawakkalnya tidak benar. Jadi, tawakkal tidak mengajak kepada pengangguran atau mengurangi pekerjaan.

Bahkan, tawakkal memiliki pengaruh yang besar dalam memacu semangat orang-orang besar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang semula mereka kira kemampuan mereka dan sarana-sarana pendukung yang ada tidak mamapu menggapainya. Karena tawakkal merupakan suatu sarana yang paling kuat dalam menggapai apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan. Bahkan, secara mutlak, tawakkal adalah sarana yang paling efektif untuk tujuan itu. Karena, bersandarnya hati kepada kekuasaan, kemurahan, dan kelembutan Allah akan mengikis habis kuman-kuman frustasi dan bibit-bibit kemalasan, lalu mengencangkan punggung harapan sehingga bisa menjadi bekal bagi setiap orang untuk menerobos ombak samudera yang dalam dan menantang binatang buas yang ganas di dalam habibitatnya.

Tawakkal yang paling agung adalah tawakkal kepada Allah dalam mencari hidayah (petunjuk), memurnikan tauhid, mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, memerangi ahli kebatilan, dan menggapai apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, seperti iman, yakin, ilmu, dan dakwah. Ini adalah tawakkal para Rasul dan, para pengikutnya yang terkemuka.

Tekad yang kuat dan benar yang dibarengi dengan tawakkal kepada Allah, Penguasa segala sesuatu pastilah akan berakhir dengan kebenaran dan keberuntungan. Allah Ta'ala berfirman,

"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya." (QS:Ali Imran:159)

Kaum manapun yang bisa menggabungkan antara mengambil sebab-sebab (ikhtiar) dengan tawakkal yang kuat kepada Allah pasti memiliki bekal yang cukup untuk hidup mulia dan bahagia."
(Petikan dari buku Ringkasan Keyakinan Islam (Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah)ms 314-315, Terbitan Elba)

Thursday, 8 April 2010

~ Ketika IKHLAS berbicara ~


Wahab bin Munabbih berkata, “Bagian terbuka dan bagian tersembunyi itu ibarat daun dan akar pohon. Bagian terbuka adalah daunnya dan bagian tersembunyi adalah akarnya. Jika akarnya sakit, maka binasalah pohon itu secara keseluruhan; daun dan batangnya. Dan jika akarnyanya sehat, maka sehatlah pohon itu secara keseluruhan; buah dan daunnya. Jadi, apa yang tampak pada pohon itu akan senantiasa baik selama akarnya masih tersembunyi dan tidak terlihat sedikit pun darinya. Begitu pula agama akan senantiasa baik selama ia memiliki bagian tersembunyi yang baik, yang dengan itu ia membenarkan Allah pada bagian terbukanya. Karena bagian terbuka bisa bermanfaat bagi bagian tersembunyi yang baik, sebagaimana akar pohon bisa mendapatkan manfaat dari kebaikan cabangnya. Jika kehidupan pohon itu berasal dari akarnya, maka cabangnya adalah perhiasan dan kecantikkannya. Dan jika bagian tersembunyi adalah pengendali agama, maka bagian terbuka berperan menghiasi dan mempercantik agama, manakala seorang mukmin melaksanakannya semata-mata untuk mendapatkan ridha Tuhannya ‘Azza wa Jalla.

Sufyan berkata bahwa ada sebuah ungkapan yang menyatakan, “Barangsiapa bagian tersembunyinya lebih baik daripada bagian terbukanya, maka itulah keutamaan. Dan jika bagian tersembunyinya lebih jelek daripada bagian terbukanya, maka itulah kezhaliman.”

Sufyan berkata, “Aku mendengar keterangan bahwa orang yang beramal secara sembunyi-sembunyi akan terus-menerus dioada oleh setan sampai berhasil dikalahkan, sehingga amal tersebut dicatat sebagai amal yang dilakukan secara terbuka. Kemudian setan tidak berhenti menggodanya, hingga ia merasa ingin dipuji. Akhirnya, amal tersebut dihapus dari catatan amal yang dilakukan secara terbuka dan ditetapkan di dalam catatan riya’.”

Abdullah bin Mubarak berkata, “Jika ada dua orang berteman di perjalanan, lalu salah satunya ingin mengerjakan shalat 2 rakaat namun ia mengurungkannya kerana temannya, maka itu adalah riya’. Dan jika ia melaksanakannya karena temannya, maka itu adalah syirik.” [Hilyatul Auliya’]