MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Friday, 11 January 2008

~ Ujian Kehidupan ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam kehidupan ini, manusia tidak terlepas dari masalah dan menerima ujian dan musibah. Begitu juga dengan iman kita, adakalanya iman itu turun naik. Apabila ibadah kita di tahap yang tinggi, maka geraf keimanan kita turut menjulang. Begitu juga sebaliknya, bila ibadah mula menurun dan dibuat endah tak endah atau sambil lewa, maka geraf keimanan kita menjunam turun. Alhamdulillah, sebagai orang yang ingin selalu menjaga keimanannya agar sentiasa berada di paras yang yang terbaik dan cemerlang, berusahalah menyuburkan dan membajai iman itu dengan sentiasa bermuhasabah diri dan mohon pertunjuk dari Allah SWT.

Artikel ini adalah di antara yang menjadi ransangan atau booster keimanan, ketika iman berada di paras lemah. Ketika iman kurang lagi berkerdipan, jiwa mula terasa resah, ruh begelintar mencari arah. Alhamdulillah dan insya Allah, semoga Allah sentiasa memberi taufiq dan hidayahNYA kepada orang-orang yang sentiasa ingin menjaga imannya.
---------------------------------------------------

UJIAN KEHIDUPAN
Bulletin Khaira Ummah

“Tiap-tiap orang yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa (21) : 35).

Ujian merupakan segala yg terjadi pada manusia baik berupa suatu kesulitan maupun kesenangan. Musibah adalah hal-hal yg tidak menyenangkan yg terjadi pada manusia. Kebanyakan manusia menganggap bahwa ujian dan cobaan hanya berupa derita, kesulitan, kegagalan, bencana dan sejenisnya yg lazim disebut dengan musibah. Jarang dikatakan bahwa kelapangan hidup, kekayaan popularitas dan keberhasilan meraih cita-cita dikatakan ujian, padahal sebenarnya ini juga merupakan ujian dari Allah Swt.

Setiap manusia akan menerima ujian dari Allah Swt. Bentuk ujian itu ialah segala yg tidak disenangi atau yg disenangi oleh setiap orang (ujian bisy-syar dan bil-khair), ujian ini berjalan kedua-duanya, bersamaan atau bergantian, kadang manusia diuji dengan nasib baik, kekayaan dan kesenangan dan adakalanya diuji dengan musibah, kesulitan dan rasa putus asa, tidak ada orang senang terus sejak masa lahirnya tanpa merasakan sedikitpun kesusahan atau keguncangan. Dan sebaliknya, tidak ada orang yg susah terus sepanjang hidupnya tanpa pernah mengalami kesenangan dan kegembiraan. Karena kehidupan di dunia ini terdiri atas hal-hal yg menyenangkan dan yg tidak menyenangkan.Banyak orang yg lulus dalam ujian bisy-syar (kesusahan/kesulitan) tetapi jatuh dalam ujian bil-khair (kesenangan).

Banyak orang yg gagal menghadapi ujian dalam bentuk kebaikan/kesenangan daripada ujian yg berbentuk kesulitan/musibah. Rasululloh Saw bersabda, “ Demi Allah, bukanlah kefakiran yg aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi aku justru khawatir (kalau-kalau) kemegahan dunia yg kalian dapatkan, sebagaimana yg diberikan kepada orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula.” (HR. Bukhari).

Kebiasaan manusia lupa diri ketika menghadapi ujian kesenangan dan kenikmatan, diungkapkan dalam Al Qur’an : “Adapun manusia apabila diberi ujian oleh Tuhan-Nya yaitu diberi tempat yg mulia dan diberikan kenikmatan kepadanya, lalu berkata : ‘Tuhanku telah memuliakan aku.” Dan sebaliknya : “Adapun bila Tuhan-Nya mengujinya lalu membatasi rezkinya maka dia berkata : “ Tuhanku menghinakanku”. (QS. 89 : 15-16)

Ada tiga golongan manusia dalam menghadapi musibah/ujian :

Pertama: Orang yg menganggap bahwa musibah/ujian kehidupan sebagai hukuman dan azab kepadanya, sehingga ia selalu merasa sempit dada dan selalu berkeluh kesah, bila ia mendapatkan kebaikan dia menjadi kikir.Sebagaimana firmanNya : “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (QS. 70 : 20-21)

Kedua :Orang yg menilai bahwa musibah adalah sebagai penghapus dosa, ia tidak pernah menyerahkan apa2 yg menimpanya kecuali kepada Allah Swt.Dalam hadits kudsi Allah Swt berfirman : “Demi keagungan dan kalimat-Ku Aku akan mengeluarkan hamba-Ku yg Aku inginkan kebaikan baginya dari kehidupan dunia, sehingga aku tebus perbuatan2 dosanya dengan penyakit pada tubuhnya, kerugian pada hartanya, kehilangan anaknya. Apabila masih ada dosa yg tersisa dijadikan ia merasa berat disaat sakaratulmaut, sehingga ia menjumpai Aku seperti bayi yang baru lahir”.

Ketiga :Orang yg meyakini bahwa musibah adalah ladang peningkatan iman dan taqwanya, org seperti ini selalu tenang serta percaya bahwa dengan musibah/ujian itu Allah Swt menghendaki kebaikan bagi dirinya.Sebagaimana firman Allah Swt : “Maha Suci Allah yg ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yg lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. 67 : 1-2)Dan dalam ayat yg lain Allah menjelaskan : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yg ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yg terbaik amalnya”. (QS. 18 : 7)

Sabar menghadapi ujianUjian/musibah yg ditimpakan kepada manusia ada dua macam :

Pertama: Musibah dunia, salah satunya ialah ketakutan, kelaparan, kematian dan bencana alam yg sekarang banyak terjadi di Negara kita ini, seperti tsunami, gempa dsb agar kita bersabar.Sebagaimana Allah Swt berfirman : “Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. 2 : 155)

Kedua: Musibah akhirat, adalah orang yg tidak punya amal shalih dalam hidupnya, sehingga jauh dari pahala dan ridha Allah Swt.Rasulullah Saw bersabda, “Orang yg terkena musibah bukanlah seperti yg kalian ketahui, tetapi orang yg terkena musibah yaitu yg tidak memperoleh kebajikan (pahala) dalam hidupnya”.

Orang yg terkena musibah berupa kesusahan dan kesulitan di dunia, jika dihadapi dengan kesabaran, ikhtiar dan tawakal kepada Allah, hakikatnya tidak terkena musibah, justru yg didapatkan adalah ladang pahala. Sebaliknya musibah (ujian) kesenangan selama hidupnya jika tidak pandai mensyukurinya, malah digunakan kesenangan tsb dijalan maksiat dan dosa, maka itulah musibah yg sesungguhnya, bukannya pahala/ridha Allah yg didapatkan melainkan menjadi ladang (saham) dosa.

Sebagaimana hadits Rosululloh Saw, “ Sesungguhnya menakjubkan perkara orang yg beriman, seluruh perkaranya menjadi baik ketika ditimpa musibah ia bersabar, itu membawa kebaikan baginya dan ketika mendapatkan nikmat kesenangan dia bersyukur dan itu membawa kebaikan baginya”. (HR. Muslim)

Jika seorang hamba telah mengetahui bahwa orang-orang yg bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah Swt, kesabaran itu telah ditunggu oleh balasan yg paling baik disisi Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya : “Apa yg ada disisimu akan lenyap dan apa yg ada disisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yg sabar dengan pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan”. (QS. 16 : 96)

Musibah/ujian adalah suatu kepastian yg melanda semua manusia, baik secara perorangan, kelompok atau melanda sebuah Negara. Musibah pada hakikatnya adalah ujian dari Allah Swt, dan ketika ujian itu dapat dilaluinya dengan baik maka akan menaikan derajat dan kebaikan bagi yg diujinya itu, sebagaimana anak-anak pelajar yg akan naik kelas, mereka perlu diuji dahulu. Sebagaimana sabda Rasululloh Saw, “Siapa yg akan diberikan limpahan kebaikan dari Allah, maka diberi ujian terlebih dahulu”. (HR. Bukhari – Muslim)

Semoga setiap menghadapi ujian kesulitan kita bersabar dan berusaha mencari solusi dengan bertawakal kepada Allah Swt, sebagai bukti keimanan kepada-Nya. Dan jika mendapatkan ujian kesenangan, kebaikan kita bersyukur kepada-Nya.

Setiap muslim selayaknya meneladani sikap Nabi Sulaiman As ketika diberi anugerah kekayaan dan kekuasaan yg luar biasa oleh Allah Swt. Sebagaimana diungkapkan dalam Alqur’an : “Ini termasuk karunia dari Tuhanku untuk menguji aku apakah aku bersyukur atau kufur atas nikmat-Nya. Dan barangsiapa yg bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yg ingkar maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. 27 : 40)