MAKNA BID’AH
Secara Bahasa (Etimologi)
Dalam kitab Maqayis Al Lughah
(1/209) disebutkan:
الباء والدال والعين أصلان لشيئين:أحدهما: ابتداء
الشيء وصنعه لا عن مثال سابق مثال، والله بديع السموات والأرض.الثاني: الانقطاع والكلال
كقولهم: أبدعت الراحلة إذا كلت وعطبت
“Terdiri
dari huruf ب dan د dan ع asalnya menunjukkan dua
makna: pertama, memulai sesuatu atau membuatnya sementara belum ada hal yang
semisal itu sebelumnya. sebagaimana ayat:
والله بديع السموات والأرض
“Allah
menciptakan langit dan bumi“
kedua, keterputusan atau berhenti
karena lelah. Sebagaimana ungkapan أبدعت الراحلة إذا
كلت وعطبت (tunggangan itu berhenti
ketika lelah atau rusak)”
Dalam kitab Lisanul ‘Arab (9/351)
disebutkan:
بدع الشيء يبدعه بَدْعًا وابتدعه: أنشأه وبدأه، وبدع
الركيّة: استنبطها وأحدثها. والبدعة: الحدث، وما ابتدع من الدين بعد الإكمال. ابن السكيت:
البدعة كلّ محدثة
“bada’asy
syai’, yabda’uhu, bad’an, wab tada’ahu artinya menumbuhkan atau memulai
sesuatu. badda‘ar rakiyyah, artinya menggali sumur atau membuatnya. al bid‘ah
artinya hal yang baru, atau (secara istilah, pent.) segala sesuatu yang
diada-adakan dalam agama setelah sempurnanya. Ibnu Sukait berkata, al bid’ah
artinya segala sesuatu yang baru”
Secara Istilah (Terminologi) Syar’i
Imam Asy Syathibi (wafat 790 H)
mengatakan:
طريقة في الدين مخترعة تضاهي الشرعية، يقصَد بالسلوك
عليها المبالغة في التعبد لله سبحانه
“Sebuah
cara beragama yang diada-adakan, menyerupai syariat, dilakukan dengan maksud
berlebih-lebihan dalam ibadah kepada Allah Subhanah” (Al I’tisham, 1/37)
Ibnu Rajab (wafat 795 H)
menjelaskan:
والمراد بالبدعة ما أحدِث مما لا أصل له في الشريعة
يدلّ عليه، وأما ما كان له أصل من الشرع يدلّ عليه فليس ببدعة شرعًا وإن كان بدعة لغة
“Makna
bid’ah adalah segala sesuatu yang tidak ada landasan dalil dari syari’at.
Sedangkan segala sesuatu yang memiliki landasan dalil dari syari’at, ia
bukanlah bid’ah secara syar’i walaupun kadang termasuk bid’ah secara bahasa”
(Jami’ Al ‘Ulum Wal Hikam, 265)
Imam As Suyuthi (wafat 911 H)
berkata:
البدعة عبارة عن فعلةٍ تصادم الشريعة بالمخالفة أو
توجب التعاطي عليها بزيادة أو نقصان
“Bid’ah
adalah sebuah istilah untuk perbuatan yang menentang syari’at dengan
menyelisihinya atau mengutak-atik syari’at dengan menambah-nambah atau
mengurangi” (Al Amru Bil Ittiba’, 88)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat
728 H) menjelaskan:
البدعة في الدين هي ما لم يشرعه الله ورسوله، وهو
ما لم يأمر به أمر إيجاب ولا استحباب، فأما ما أمر به أمر إيجاب أو استحباب وعلم الأمر
به بالأدلة الشرعية فهو من الدين الذي شرعه الله، وإن تنازع أولو الأمر في بعض ذلك،
وسواء كان هذا مفعولاً على عهد النبي صلى الله عليه وسلم أو لم يكن
“Bid’ah
dalam agama adalah segala sesuatu yang tidak disyari’atkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Yaitu perkara agama yang tidak diperintahkan dengan pewajiban atau
penganjuran. Sedangkan yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya baik dengan
bentuk pewajiban atau penganjuran dan itu diketahui dari dalil-dalil syar’i,
maka yang demikian merupakan bagian dari agama yang disyariat oleh Allah.
Walaupun diperselisihkan hukumnya setelah itu, baik pernah dilakukan oleh di
masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam ataupun belum pernah” (Majmu’ Al Fatawa,
4/ 107-108)
Sumber:
http://www.alminbar.net/malafilmy/shabab/2.HTM
HADITS-HADITS
TENTANG BID’AH
Banyak kaum muslimin yang masih
meremehkan masalah bid’ah. Hal itu bisa jadi karena minimnya pengetahuan mereka
tentang dalil-dalil syar’i. Padahal andaikan mereka mengetahui betapa banyak
hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang membicarakan dan mencela bid’ah,
mereka akan menyadari betapa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sangat sering
membahasnya dan sangat mewanti-wanti umat beliau agar tidak terjerumus pada
bid’ah. Jadi, lisan yang mencela bid’ah dan mewanti-wanti umat dari bid’ah
adalah lisan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sendiri.
Hadits 1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ
فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada
asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no.
1718)
Hadits 2
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ
رَدٌّ
“Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut
tertolak” (HR. Muslim no. 1718)
Hadits 3
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma
ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek
perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no.
867)
Dalam riwayat An Nasa’i,
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ
ضَلالَةٍ فِي النَّارِ
“Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan
yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya.
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap
kesesatan tempatnya di neraka” (HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’i)
Hadits 4
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا
كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku
wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at
kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari
Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti,
dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk
berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah
diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi
geraham kalian. Jauhilah dengan perkara (agama) yang diada-adakan karena setiap
perkara (agama) yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan”
(HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”)
Hadits 5
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَ اللهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ كُلِّ صَاحِبِ
بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعْ بِدْعَتَهُ
“Sungguh
Allah menghalangi taubat dari setiap pelaku bid’ah sampai ia meninggalkan
bid’ahnya” (HR. Ath Thabrani dalam Al
Ausath no.4334. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib
no. 54)
Hadits 6
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ
إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى
فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku
akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku
beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk
mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai
Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang
mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ (HR. Bukhari no. 6576, 7049).
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى
مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى
“(Wahai
Rabb), sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, ‘Sungguh
engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka
bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”(HR. Bukhari no. 7050).
Al’Aini ketika menjelaskan hadits
ini beliau berkata: “Hadits-hadits yang menjelaskan orang-orang yang demikian
yaitu yang dikenal oleh Nabi sebagai umatnya namun ada penghalang antara mereka
dan Nabi, dikarenakan yang mereka ada-adakan setelah Nabi wafat. Ini
menunjukkan setiap orang mengada-adakan suatu perkara dalam agama yang tidak
diridhai Allah itu tidak termasuk jama’ah kaum muslimin. Seluruh ahlul bid’ah
itu adalah orang-orang yang gemar mengganti (ajaran agama) dan mengada-ada,
juga orang-orang zhalim dan ahli maksiat, mereka bertentangan dengan al haq.
Orang-orang yang melakukan itu semua yaitu mengganti (ajaran agama) dan
mengada-ada apa yang tidak ada ajarannya dalam Islam termasuk dalam bahasan
hadits ini” (Umdatul Qari, 6/10)
Hadits 7
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
انَّهُ سَيَلِي أَمْرَكُمْ مِنْ بَعْدِي رِجَالٌ
يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ ، وَيُحْدِثُونَ بِدْعَةً ، وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ
مَوَاقِيتِهَا ” ، قَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ بِي إِذَا
أَدْرَكْتُهُمْ ؟ قَالَ : ” لَيْسَ يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ طَاعَةٌ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ
” ، قَالَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
“Sungguh
diantara perkara yang akan datang pada kalian sepeninggalku nanti, yaitu akan
ada orang (pemimpin) yang mematikan sunnah dan membuat bid’ah. Mereka juga
mengakhirkan shalat dari waktu sebenarnya’. Ibnu Mas’ud lalu bertanya: ‘apa
yang mesti kami perbuat jika kami menemui mereka?’. Nabi bersabda: ‘Wahai anak
Adam, tidak ada ketaatan pada orang yang bermaksiat pada Allah’”. Beliau
mengatakannya 3 kali. (HR. Ahmad no.3659, Ibnu Majah no.2860. Dishahihkan Al
Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 2864
)
Hadits 8
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
إِنَّهُ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ
أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلَ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ غَيْرِ
أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا ، وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةَ ضَلَالَةٍ لَا
يَرْضَاهَا اللَّهَ وَرَسُولَهُ كَانَ عَلَيْهِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَوْزَارِ النَّاسِ شَيْئًا
“Barangsiapa
yang sepeninggalku menghidupkan sebuah sunnah yang aku ajarkan, maka ia akan
mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang-orang yang melakukannya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah
dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan
dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikitpun” (HR. Tirmidzi no.2677, ia berkata: “Hadits ini hasan”)
Hadits 9
Hadits dari Hudzaifah Ibnul Yaman,
ia berkata:
يا رسولَ اللهِ ! إنا كنا بشرٌ . فجاء اللهُ بخيرٍ
. فنحن فيه . فهل من وراءِ هذا الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : هل من وراءِ ذلك الشرِّ
خيرٌ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : فهل من وراءِ ذلك الخيرِ شرٌّ ؟ قال ( نعم ) قلتُ : كيف
؟ قال ( يكون بعدي أئمةٌ لا يهتدون بهدايَ ، ولا يستنُّون بسُنَّتي . وسيقوم فيهم رجالٌ
قلوبُهم قلوبُ الشياطينِ في جُثمانِ إنسٍ ) قال قلتُ : كيف أصنعُ ؟ يا رسولَ اللهِ
! إن أدركت ُذلك ؟ قال ( تسمعُ وتطيع للأميرِ . وإن ضَرَب ظهرَك . وأخذ مالَك . فاسمعْ
وأطعْ )
“Wahai
Rasulullah, dulu kami orang biasa. Lalu Allah mendatangkan kami kebaikan
(berupa Islam), dan kami sekarang berada dalam keislaman. Apakah setelah semua
ini akan datang kejelekan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang
kebaikan? Nabi bersabda: ‘Ya’. Apakah setelah itu akan datang kejelekan? Nabi
bersabda: ‘Ya’. Aku bertanya: ‘Apa itu?’. Nabi bersabda: ‘akan datang para
pemimpin yang tidak berpegang pada petunjukku dan tidak berpegang pada
sunnahku. Akan hidup diantara mereka orang-orang yang hatinya adalah hati setan
namun berjasad manusia’. Aku bertanya: ‘Apa yang mesti kami perbuat wahai
Rasulullah jika mendapati mereka?’. Nabi bersabda: ‘Tetaplah mendengar dan taat
kepada penguasa, walau mereka memukul punggungmu atau mengambil hartamu, tetaplah
mendengar dan taat’” (HR. Muslim no.1847)
Tidak berpegang pada sunnah Nabi
dalam beragama artinya ia berpegang pada sunnah-sunnah yang berasal dari selain
Allah dan Rasul-Nya, yang merupakan kebid’ahan.
Hadits 10
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَوَّلُ مَنْ يُغَيِّرُ سُنَّتِي رَجُلٌ مِنْ بَنِي
أُمَيَّةَ
“Orang
yang akan pertama kali mengubah-ubah sunnahku berasal dari Bani Umayyah” (HR.
Ibnu Abi Ashim dalam Al Awa’il, no.61, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah 1749)
Dalam hadits ini Nabi mengabarkan
bahwa akan ada orang yang mengubah-ubah sunnah beliau. Sunnah Nabi yang
diubah-ubah ini adalah kebid’ahan.
Hadits 11
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
جَاءَ ثَلَاثَةُ رَهْطٍ إِلَى بُيُوتِ أَزْوَاجِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَ عَنْ عِبَادَةِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَلَمَّا أُخْبِرُوا كَأَنَّهُمْ تَقَالُّوهَا
، فَقَالُوا : وَأَيْنَ نَحْنُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَدْ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ ؟ قَالَ أَحَدُهُمْ
: أَمَّا أَنَا ، فَإِنِّي أُصَلِّي اللَّيْلَ أَبَدًا ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَصُومُ
الدَّهْرَ وَلَا أُفْطِرُ ، وَقَالَ آخَرُ : أَنَا أَعْتَزِلُ النِّسَاءَ فَلَا أَتَزَوَّجُ
أَبَدًا ، فَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمْ ،
فَقَالَ : ” أَنْتُمُ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا ، أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ
لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ ،
وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Ada
tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan
bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu’alaihi wasallam. ٍSetelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu
masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, “Ibadah kita tak ada apa-apanya
dibanding Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bukankah beliau sudah
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?” Salah seorang
dari mereka berkata, “Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya” (tanpa
tidur). Kemudian yang lain berkata, “Kalau aku, sungguh aku akan berpuasa Dahr
(setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi berkata, “Aku
akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya”. Kemudian datanglah
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: “Kalian
berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling
takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan
juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta menikahi wanita. Barangsiapa yang
benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku” (HR. Bukhari no.5063)
Dalam hadits di atas, ketiga orang
tersebut berniat melakukan kebid’ahan, karena ketiganya tidak pernah diajarkan
oleh Nabi. Yaitu puasa setahun penuh, shalat semalam suntuk setiap hari, kedua
hal ini adalah bentuk ibadah yang bid’ah. Dan berkeyakinan bahwa dengan tidak
menikah selamanya itu bisa mendatangkan pahala dan keutamaan adalah keyakinan
yang bid’ah. Oleh karena itu Nabi bersabda “Barangsiapa yang benci sunnahku,
maka bukanlah dari golonganku“.
Dan masih banyak lagi hadits-hadits
yang membicarakan dan mencela bid’ah, namun apa yang kami nukilkan di atas
sudah cukup mewakili betapa bahaya dan betapa pentingnya kita untuk waspada
dari bid’ah.
Wallahu’alam.
http://kangaswad.wordpress.com/2013/02/18/hadits-hadits-tentang-bidah/
0 comments:
Post a Comment