MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Saturday, 23 August 2008

~ Merenungi Nikmat Allah ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan: yang bermaksud:

“Berfikirlah tentang nikmat Allah dan jangan berfikir tentang Allah”

(diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Ausath, Baihaqi dalam asy-Syu’ab, dan ninilai hasan oleh al-Albani).

Salah satu perkara yang bisa dilakukan oleh seorang Muslim berkali-kali adalah mengakui dan merenungi nikmat Allah ‘Azza wa Jalla. Berapa banyak kejadian dan nikmat yang dilihat dan dirasakan si hamba setiap hari dari pagi sampai malam yang menuntutnya untuk merenungi, lalu mensyukuri dan memuji Allah atasnya.

1. Apakah anda menyadari nikmat Allah untuk anda ketika anda pergi ke masjid dan bagaimana orang di sekitar anda yang tidak mendapatkan nikmat tersebut, terutama ketika shalat subuh di mana anda dapati kaum muslimin di sekeliling anda tidur nyenyak seperti orang mati.

2. Apakah anda menyadari dan memikirkan nikmat Allah atas anda ketika anda berjalan, di mana rupa-rupa kejadian sempat anda saksikan di jalanan. Ada orang yang tertabrak mobil, ada yang dikuasai setan dengan nyanyian dan musiknya yang keras di mobilnya, dan lain sebagainya.

3. Apakah anda menyadari dan memikirkan nikmat Allah atas anda di kala anda mendengar atau membaca melalui berita dunia di mana ada orang yang kelaparan, ada masyarakat yang terkena banjir, terserang penyakit, gempa bumi, peperangan dan musibah lainnya.

Penulis (Khalid al-Husainan) katakan: hamba yang mendapat taufiq adalah hamba yang hati dan perasaannya selalu merasakan nikmat Allah yang diterimanya setiap saat, sehingga ia senantiasa memuji Allah Ta’ala dan bersyukur kepadaNya atas nikmat itu, baik nikmat agama, nikmat kesihatan, rezeki, keselamatan dari aneka bahaya, dan nikmat-nikmat lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang bermaksud:

“Barangsiapa yang melihat seseorang mendapat musibah, lalu ia membaca: ‘Segenap puji bagi Allah Yang telah menyelamatkan aku dari musibahMu dan Yang telah memberikan kelebihan kepada aku atas makhluk lain’, maka ia tidak akan tertimpa musibah itu” (diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai hadits hasan)

Allah Subhaanahu wa Ta’ala mengingatkan kita:

“Ingatlah nikmat-nikmat Allah, mudah-mudahan kamu beruntung” (Al-‘A’raf: 69)

[1000 Sunnah Harian Rasulullah – Khalid al-Husainan]

Saturday, 16 August 2008

~ Fatwa Al-Lajnah Ad-Daa'mah ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Hadits Umar Bin Al-Khotthob dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya nescaya Allah akan memberi rezki kepada kalian sebagaimana memberi rezki kepada burung, ia berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, pulang di waktu petang dalam keadaan kenyang." [ Riwayat Imam Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasaa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al-Hakim dan berkata At-Tirmidzi: hasan sohih]
Hakikat tawakal adalah benarnya penyandaran hati kepada Allah dalam meminta datangnya manfaat dan menolak madharat dari perkara-perkara dunia maupun akhirat. Makna hadits tersebut bahwasanya manusia seandainya mereka itu merealisasikan tawakal mereka kepada Allah dengan hati mereka, dan bersandar kepadaNya dengan sepenuhnya dalam mendatangkan perkara yang bermanfaat bagi mereka dan menolak perkara yang memadharatkan mereka, dan mereka melaksanakan sebab-sebab yang berfaidah, nescaya Allah akan mengirimkan rezki mereka walau dengan sebab yang paling kecil sekalipun, sebagaimana Dia mengirimkan kepada burung rezkinya dengan semata-mata ia berangkat pagi-pagi dan pulang di petang hari. Ini merupakan suatu jenis usaha, walupun sedikit sekali. Perealisasian tawakal tidak menafikan usaha (menjalani) sebab-sebab yang Allah telah mentaqdirkan berbagai perkara dengan sebab-sebab tersebut dan telah berlangsung sunnah Nya pada makhlukNya tentang yang demikian ini. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk bertawakal, Maka usaha menjalani sebab dengan anggota badan merupakan ketaatan dan tawakal kepadaNya dengan hati merupakan keimanan.
Allah berfirman yang bermaksud:
"Dan bertaqwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman itu bertawakal."
Allah menjadikan tawakal bersamaan dengan taqwa, yaitu menjalankan sebab-sebab yang diperintahkan. Tawakal tanpa melakukan sebab-sebab yang diperintahkan merupakan ketidakmampuan semata, walaupun hal ini terkesan sama dengan suatu jenis tawakal. Tidak sepantasnya bagi seorang hamba menjadikan tawakalnya sebagai bentuk kelemahan dan tidak sepantasnya pula menjadikan kelemahannya sebagai bentuk tawakal. Tetapi dia jadikan tawakalnya di antara sejumlah sebab yang tidak akan sempurna suatu tujuan kecuali dengan itu semuanya (tawakal dan menjalankan sebab yang diperintahkan, pent)
Wa billahit taufiq, wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad, wa aalihi wa shohbihi wa sallam.
Sekian fatwa Al-Lajnah Ad-Daa'imah.

Tuesday, 12 August 2008

~ Anda Stress? Ayuh! Ikutlah Kiat-Kiat (Cara-Cara) Mengatasi Stress. ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Anda Stress? Ayuh! Ikutlah Kiat-Kiat (Cara-Cara) Mengatasi Stress.

Sesungguhnya karekteristik kehidupan dunia ini selalu diliputi oleh kegelisahan dan kesedihan yang dirasakan oleh setiap insan. Dunia ini adalah tempat ujian, tempat perjuangan dan tempat pengorbanan.

Perasaan sedih dan gelisah yang dirasakan oleh manusia itu bertingkat-tingkat sesuai dengan kondisi mereka dan beban tanggung jawab yang diemban oleh masing-masing individu. Semakin tinggi derajat dan kedudukan seseorang disisi Allah, maka semakin berat ujian dan cobaan yang diberikan. Kerana Allah akan menguji keimanan dan ketabahan hamba yang dicintaiNya.

Larut dalam kesedihan bukanlah sikap yang bijak,bahkan merupakan bentuk sikap yang dilarang. Namun kita dianjurkan agar dapat menyikapi setiap cobaan,ujian dan musibah yang datang dengan penuh ketabahan, serta dapat mengambil hikmah di balik semua itu.

Di dalam buku yang bertajuk ‘22 Kiat Mengatasi Stress’, Penulis: Muhammad Shalih al-Munajjid, Penerjemah: Futuhal Ariffin, Lc, Terbitan Darus Sunnah Press, memerangkan tentang obat-obat penghapus kesdihan, kesedihan dan stress sesuai dengan tuntutan syariat Islam.

Insya Allah di bawah ini akan dilampirkan beberapa kiat sahaja. Jika ingin mengetahui lebih lanjut lagi, Baca Buku Baru Tau:

Menghiasi Diri Dengan Keimanan dan Amal Soleh: Orang mukmin yang beriman kepada Allah dengan keimanan yang benar,kemudian nilai-nilai keimanan itu diterapkan dalam amal-amal soleh,selalu menjaga kebaikan hati dan akhlak, mereka akan selalu menerima dengan ikhlas atas segala ujian dan cobaan, mensyukuri nikmat yang datang,dan mempergunakan nikmat itu untuk hal-hal yang bermanfaat. (AQ: An-Nahl:97)

Disebalik musibah ini, mereka akan mempunyai kekuatan dan ketegaran dalam jiwa dan pengharapan atas karunia Allah dan pahala dariNya, sebagaimana maksud hadits Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan anugerah yang diberikan kepada seorang mukmin, sesungguhnya semua masalah (urusannya) adalah merupakan kebaikan, hal ini tidak dimiliki kecuali hanya oleh orang mukmin saja. Jika ia menerima nikmat, kemudian bersyukur maka baginya kebaikan (pahala), dan jika ia tertimpa musibah kemudian bersabar maka baginya (pahala) pula.”
(HR Muslim dalam kitab Shahihnya no.2999)

Hendaknya Seorang Hamba Menjadikan Akhirat Sebagi Tujuan Hidupnya: Ibnu Qayyim berkata, “Jika seorang hamba ketika diwaktu pagi dan sore tidak terlintas dalam hatinya kecuali (ketergantungan) kepada Allah semata, maka Allah akan menanggung semua hajatnya, dan menanggung setiap apa yang diresahkannnya, dan memenuhi hatinya dengan apa yang ia cintai, dan menjadikan lisannya untuk selalu mengingatiNya, dan anggota tubuhnya untuk selalu taat kepadaNya. Dan barangsiapa yang diwaktu pagi dan sorenya menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, maka Allah akan menjadikan kegelisahan,kesedihan dan duka cita dibebankan kepadanya. Allah akan menyibukkan hatinya dengan kecintaan kepada makhluk, dan lisannya berpaling dari bezikir kepada Allah. Anggota tubuhnya berpaling dari ketaatan kepada Allah untuk mengabdi kepada mereka,ia bersungguh-sungguh seperti giatnya binatang liar menangkap mangsanya. Maka setiap orang yang menolak ubudiyahnya kepada Allah serta ketaatan dan mahabbah kepadaNya,maka ubudiyahnya akan diisi dengan ubudiyah kepada makhluk, serta cinta dan khidmat kepadanya.

Berdoa Kepada Allah Ta’ala: Doa itu sangat bermanfaat dan juga dapat menjadi obat. Dari Anas bin Malik, dia berkata: ‘Saya pernah mnejadi pelayan Rasulullah, ketika beliau sakit maka saya sering mendengar beliau membaca doa berikut, “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kesedihan dan kesusahan, dari kelemahan dan kemalasan, dari kebakhilan dan kebodohan serta dari lilitan hutang dan penguasaan seorang.” (HR Bukhari di dalam Al-Fath no.2893)

Allah berfirman yang bermaksud: “Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(QS: Al-Baqarah: 186)

Banyak lagi doa-doa yang diajarkan Rasulullah ketika dalam kesedihan, kegelisahan dan kesusahan. (Boleh juga rujuk buku 'Hisnul Muslim')

Tawakkal Kepada Allah Ta’ala dan Menyerahkan Segala Urusan KepadaNya: Maka barangsiapa yang mengetahui bahwa Allah adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bahwa Allah Maha Kuasa dalam setiap pengaturan, dan pengaturan Allah atas hambaNya, lebih baik dari pengaturan hambnya atas dirinya sendiri. Allah mampu mengatur hambaNya sesuai dengan kehendak Nya, sehingga dengan sikap dan penyerahan diri seperti itulah hati lepas dari kesedihan, lepas dari duka cita dan kegelisahan.. Ia akan menyerahkan segala hajat dan kemaslahatan diri kepadaNya,ia melihat besarnya kasih sayang, rahmat dan kebaikanNya. Kerana ia telah menyerahkan segala perhatian kepadaNya, menjadikanNya sebagai pusat segala perhatian, maka segala perhatian dan hajat akan ditanggung olehNya. Maka alangkah indah kehidupannya, alangkah nikmat hatinya dan alangkah senang dan bahagia perasaannya.

Maka orang yang bertawakkal kepada Allah Ta’ala, hatinya akan tegar dan tidak akan gelisah, tidak terpengaruh oleh fenomena kejadian dan peristiwa, kerana ia tahu bahwa sikap seperti itu merupakan tanda lemahnya jiwa dan sebuah ketakutan yang tidak bermakna.Dan ia tahu bahwa Allah telah menjamin bagi orang yang bertawakkal kepadaNya.

Selalu Melakukan Aktifitas yang Bermanfaat, Memusatkan Perhatian Dengan Pekerjaan yang sedang Dilakukan, Tidak Terlalu Gelisah Memikirkan Pekerjaan Dimasa Mendatang dan Tidak Larut Dalam Kesedihan Dimasa Lalu: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menjaga hal-hal yang bermanfaat disetiap saat, memohon pertolongan kepada Allah, tidak takluk dengan belenggu kemalasan, pasrah dengan peristiwa-peristiwa masa lalu dan pasrah dengan semua ketentuan Allah dan kekuasaanNya.

Dalam sebuah hadits Muslim menunjukkan tentang upaya untuk menghilangkan sebab-sebab yang dapat mendatangkan kegelisahan, dan sebab-sebab yang dapat mendatangkan kesenangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melupakan masa lalu yang menyedihkan, dan menyadari bahwa tenggelam dalam kesedihan itu merupakan sikap yang sia-sia dan bentuk kebodohan. Maka ia berusaha untuk menjauhkan hatinya terhanyut dalam pikiran-pikiran yang mengganggu itu, dan berusaha menghilangkan kegelisahan yang akan dihadapinya.
Kekhawatiran-kekhawatiran itu dapat berupa rasa takut atas kefakiran, kesuraman masa depan dan sebagainya. Hal ini kerana ia mengetahui bahwa masa depan adalah sesuatu yang tidak dapat diketahui, menyangkut hal-hal baik dan yang buruk, dan yang enak maupun tidak enak, semua itu ada ditangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikianlah di antara beberapa kiat-kiat menghindari stress, semoga kita mendapat manfaat dan kami memohon kepada Allah Ta’ala semoga melepaskan kami dari kegelisahan, melepaskan kami dari kesulitan, dan melepaskan kami dari segala duka cita. Sesungguhnya Dia yang Maha Mendengar, Dia yang Maha Hidup dan Maha Berdiri sendiri.

Monday, 11 August 2008

~ Tidaklah Diterima Suatu Amalan Kecuali Dengan Dua Syarat ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketahuilah Wahai Saudaraku seiman, Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita untuk berpegang teguh kepada Kitab dan Sunnah – bahwasanya Allah tidak akan menerima suatu amalan dari seorang muslim manapun kecuali dengan dua syarat yang prinsip. Kedua syarat tersebut sebagai berikut:

Syarat Pertama: Dia ikhlas kerana Allah. Tidaklah orang yang beramal tersebut mengharapkan dengan amalannya tersebut kecuali wajah Allah (ikhlas kerana Allah)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu suatu kitab dengan benar maka beribadahlah kamu kepada Allah dengan mengikhlaskan amalan ini untuk Nya. Ketahuilah hanya milik Allah agama yang murni ini” (As-Zumar: 2 & 3)

“Katakanlah sesungguhnya aku diperintah untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlas amalan ini untuk Nya.” (Az-Zumar: 11)

“Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan amalan ini untuk Nya. Mereka condong kepada agama ini dan berpaling dari agama yang lainnya.” (Al-Bayyinah:5)

Dari Abu Huroiroh radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Aku adalah Dzat yang paling tidak butuh kepada sekutu; Barangsiapa beramal sutu amalan yang dalam amalan tersebut dia menyekutukanKu dengan selainKu maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya tersebut.” (HR Muslim, no. hadits 2985)

Dan ini makna (Asyhadu an Laa ilaha illallah)

Syarat Kedua: Dia mencocoki petunjukRrosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau berkata: Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak ada padanya syariat kami, maka amalan tersebut tertolak.”

(Dan ini makna (Asyhadu anna Muhammadar Rosulullah)

Catatan: Ini jika dinisbahkan kepada orang Islam. Adapun orang kafir maka tidak akan diterima amalnya kecuali dengan tiga syarat yaitu dua syarat yang telah lalu (Penyebutannya).
Dan syarat yang ketiga: Islam, dan (ketiga syarat) ini merupakan syarat sah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (Al-Furqon: 23)

Ketiga syarat ini disebutkan dalam firman Allah yang bermaksud:

“Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Robbnya, maka hendaknya ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Robbbya.” (Al-Kahfi: 110)

1. FirmanNya: “….pejumpaan dengan Robbnya…” ini adalah Al-Islam

2. FirmanNya:”…yang soleh…”, yaitu kecocokan dengan Kitab dan Sunnah kerana amal tidak akan menjadi soleh kecuali dengannya.

3. FirmanNya: “…dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Robbnya”, ini adalah keikhlasan.

Masih tersisa dua syarat yang lain yang merupakan syarat kesempurnaan:

1. Syarat yang pertama: Berpegang teguh

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud:
“Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu.” (Al-Baqarah: 63 & 93, Al-A’raaf:171)

“Berpegang teguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang dengan (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya.” (Al-A’raaf: 145)

“Wahai Yahya, pegang teguhlah Al-Kitab ini (Taurat).” (Maryam: 12)

Ini berbeda dengan (pegangan) orang-orang munafik, kerana mereka itu tidak berpegang teguh kepada agama, hanya saja mereka itu berpegang kepada agama dengan kelalaian serta kemalasan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk solat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan solat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka mengingati Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir lahir batin): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman dalam hal batinnya) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir dalam hal lahirnya). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (Al-Nisaa’: 142 & 143)

“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan kerana mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan solat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkah (harta mereka), melainkan dengan rasa enggan,” (At-Taubah: 54)

2. Syarat yang kedua: Bersegera Beramal
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud” ….dan janganlah kamu berdua bermalas-malasan dalam mengingatiKu,” (Thoha:42)

:….maka berlomba-lombalah kalian (mengerjakan) kebaikan….” (Al-Baqarah: 148, Al-Maa’idah: 48)

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selau bersegera dalam (mengerjakan) pebuatan-perbuatan yang baik.” (Al-Anbiyaa’:90)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Robbnya dan kepada jannah yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (Ali ‘Imron:133)

“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Robbnya dan jannah yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disedikan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya. Itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakiNya, Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Hadid: 21)

Merujuklah ke Riyaadhus Shalihin syarah Salim Al-Hilali 1/29!

(Dipetik dari kitab Al Qoulul Mufid Penjelasan Tentang Tauhid, buah karya Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Wushobiy, Terbitan Darul ‘Ilmi, cet. Nov 2007)