MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Friday, 2 October 2009

~ Hal-Hal Seputar Z U H U D ~



Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Zuhud terhadap dunia adalah pendeknya angan-angan, bukan dengan makanan yang keras atau memakai pakaian mantel yang kasar.”

Ia juga berkata, “Apabila seseorang zuhud terhadap dunia, maka Allah akan menumbuhkan kebijaksanaan di dalam hatinya, melancarkan lidahnya dan memperlihatkan kepadanya aib dunia, penyakitnya, juga obatnya.”

Abdullah bin Mubarak bercerita bahwa Salam bin Abi Muthi’ berkata, “Orang yang zuhud terbagi menjadi tiga macam. Pertama, mengikhlaskan amal perbuatan dan ucapan kepada Allah tanpa ada kepentingan duniawi sedikit pun. Kedua, meninggalkan sesuatu yang tidak patut dan mengerjakan sesuatu yang patut. Ketiga, zuhud terhadap sesuatu yang halal, dan hal ini sifatnya sunnah dan paling rendah tingkatannya.”

Syaqiq bin Ibrahim berkata, “Ada tiga perilaku yang menjadi mahkota orang zuhud. Pertama, mengendali hawa nafsu dan tidak terseret oleh hawa nafsu. Kedua, berkonsentrasi dengan sepenuh hati kepada zuhud. Ketiga, setiap kali menyendiri selalu teringat bagaimana ia masuk ke dalam kuburnya dan bagaimana ia keluar. Ia juga teringat akan rasa lapar, dahaga, telanjang, panjangnya Hari kiamat, hisab, sirath (jembatan) dan terbongkarnya aib di depan umum. Jika ia mengingat itu semua, maka ia tidak sempat lagi mengingat dunia yang penuh tipuan (fatamorgana).”

Wahab bin Munabbih pernah mengatakan, “Orang yang paling zuhud terhadap dunia- walaupun ia sangat menginginkannya- adalah orang yang tidak mau menerimanya kecuali dengan cara yang halal dan thayyib (baik). Dan orang yang paling rakus terhadap dunia- walaupun ia berpaling darinya- adalah orang yang tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya, halal ataukah haram. Orang yang paling dermawan di dunia adalah orang yang memberikan hak-hak Allah, walaupun manusia melihatnya sebagai orang yang bakhil dalam hal lain. Dan orang yang paling bakhil di dunia adalah orang yang bakhil dalam memberikan hak-hak Allah, walaupun manusia melihatnya sebagai orang yang dermawan dalam hal lain.” [Hilyatul ‘Auliya’]