MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Thursday, 30 April 2009

~ Setinggi Cita Wanita Perindu Syurga ~


بسم الله الرحمن الرحيم

- Bercita-cita tinggi merupakan Karekter Islam - Bhg.1

Wanita shalihah yang bercita-cita tinggi, dialah wanita yang berjalan di atas petunjuk Nabi صلى الله عليه و سلم dan dia menjadikan wanita mukminah yang terpandang sebagai panutan dan teladan untuk boleh bercita-cita tinggi seperti mereka. Oleh kerana itu, ia tidak terbawa arus dunia, sehingga ia tidak bersikap malas dan lemah.

Lantas mengapa cita-cita tinggi wanita shalihah tiba-tiba menurun justru ketika dunia sudah terbuka bagi mereka?

Begitu pula keinginan mereka untuk meraih cita-cita tinggi pudar, setelah mereka menikah dan mengurus anak?

Dimanakah cita-cita tinggi yang dulu pernah mereka cita-citakan, dan tidak ada yang boleh menggantikan kedudukannya kecuali Allah?

Banyak ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits berisikan anjuran untuk meraih sebuah cita-cita dan berlomba-lomba dalam kebaikan, antara lain:

“Berlomba-lombalah untuk mendapatkan ampunan dari Rabb kalian.” (QS: Al-Hadid: 21)

“Bersegeralah untuk mencari ampunan dari Rabb kalian dan mendapat jannah yang luasnya seperti luasnya langit-langit dan bumi dan ia hanya disediakn bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS: Ali Imran: 133)

“Maka bersegeralah kembali (untuk mentaati) Allah.” (QS:Adz-Dzariyat: 50)

“Bersungguh-sungguhlah kamu untuk melakukan hal-hal yang mendatangkan manfaat untuk dirimu, minta tolonglah kepada Allah, dan jangan pernah merasa lemah.” (HR. Muslim)

“Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah jannah Firdaus, sesungguhnya ia jannah yang paling mulia.”
(HR. At-Thabrani, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, no.592)

Faktor-Faktor Yang Melemahkan Cita-Cita

1. Merasa Lemah: “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Imam Ahmad, dan dinyatakn shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no.958).

Cinta dunia merupakan faktor seseorang menjadi lemah semangat dan penyebab seseorang terpikat oleh hawa nafsu, sehingga ia terjerumus dalam kemewahan hidup, bersaing demi dunia yang menipu, hingga ia merasakan bahwa ibadah merupakan pekerjaan yang memberatkan dan membosankan. Sementara “Benci kematian” merupakan buah kecintaan terhadap dunia dan ingin mendapatkan kesenangannya, padahal bersamaan itu pula ia menghancurkan kehidupan negeri akhiratnya.

2. Masa Senggang : Ibnul Qayyim رحمه الله berkata: “Waktu-waktu senggang pasti dilalui oleh orang-orang yang menjalani hidup ini. Barangsiapa menggunakan waktu senggang untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengamalkan kebaikan,serta tidak mengeluarkannya dari (meninggalkan) kewajiban, dan tidak menjerumuskannnya dalam perkara yang haram, mudah-mudahan ia boleh kembali mengamalkan kebaikan yang pernah ia tempuh dan jalani sebelumnya. Sebab ibadah yang paling dicintai oleh Allah adalah ibadah yang terus-menerus dilakukan oleh seorang hamba (walaupun hanya sedikit) . (Madarijus Salikin, III/126)

3. Menyia-nyiakan Waktu yang Berharga: Seorang muslimah yang tidak memahami akan penting dan berharga sebuah waktu, nescaya prinsip dan tekadnya akan menjadi lemah. Oleh kerana itu, seorang muslimah harus berhati-hati dan waspada jangan sampai menyia-nyiakan waktunya, hendaknya ia senantiasa memanfaatkan wakatu malam dan siangnya.

4. Rasa Malas: Inilah sifat yagn sering kali menjangkiti kebanyakan orang, ia akan membuat mereka enggan meraih cita-cita dan prestasi tinggi, tidak mahu keluar menuntut ilmu, tidak mahu melakukan amar ma’ruf nahyi mungkar dalam rangka mengadakan perbaikan dan berdakwah. Sifat ini juga akan membuat seseorang menjadi lemah dan rela dengan hal-hal yang rendah.

Indikasi seorang muslimah memiliki sifat malas dapat dilihat dari sifat-sifat buruk yang ada pada dirinya, berupa lemah semangat serta keterusannya dalam kemalasan dan kesenangan, dan dalam hal ini seorang teman sangat berpengaruh. Oleh kerana itu, hendaknya seorang muslim benar-benar memilih teman yang bercita-cita tinggi, menjauhi sifat malas, dan orang-orang yang malas.

5. Menunda-nunda Pekerjaaan Dengan Perkataan “Nanti Saja” dan Hanya Berangan-angan: Setiap kali muslimah ingin melakukan perbuatan baik, maka setan akan menghalangi dan menyuruhnya untuk menunda perbuatan tersebut dengan kata-kata, “Akan saya lakukan nanti kalau…..” yang akhirnya tertunda sampai maut datang menjemputnya.

6. Berteman Dengan Wanita yang Tidak Berambisi dan Terlena: Tidak diragukan lagi bahwa wanita muslimah dengan cepat dan pasti mudah terpengaruh oleh teman-temannya.. Oleh kerana itu, seseorang harus cermat dalam memilih teman dan menjauhi setiap wanita yang lemah semangat dan suka melakukan perbuatan yang sia-sia.

Seorang muslimah hendaknya juga memperhatikan, boleh jadi ia berteman dengan seorang muslimah yang baik dan shalih,namun semangat dan tekad mereka rendah serta tidak kuat, sehingga tanpa ia sadari bahwa mereka adalah penyebab merosotnya dan lenyapnya sebuah cita-cita. Padahal manusia itu mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya, oleh kerana itu kita harus bijak memilih teman dan sahabat meskipun teman tesrebut termasuk saudari muslimah yang beragama, sebab sebahagian mereka ada juga yang ambisinya rendah dan suka menyia-nyiakan waktu.

7. Fitnah Pernikahan dan Anak-Anak: Sesungguhnya, pernikahan kadang kala menjadi motivasi untuk beribadah, mencari ilmu dan berdakwah menuju jalan Allah. dan secara umum memotivasi seseorang agar meraih prestasi yang tinggi, namun kadang kala ia juga menjadi cobaan dan fitnah.

Yang perlu diperhatikan di sini bahwa keadaan sebahagian orang itu berubah-ubah setelah mereka menikah, baik berubah dalam soal ibadah, mncari ilmu ataupun dalam soal dakwah. Manusia biasanya menjadi lemah dan kendur, namun ada yang berusaha untuk menghindari darinya dan ada juga yang membiarkannya. Dalam masalah ini harus diperinci, bila perubahannya disebabkan kerana menjalankan kewajiban syariat berupa menunaikan hak-hak seorang anak atau keluarganya, tanpa melanggar atau lalai dari mengerjakan ibadah, belajar, dan berdakwah maka ini suatu hal yang wajar, kerana keadaannya tidak akan mungkin jadi sebagaimana waktu mudanya, merdeka dan bebas, kerana sekarang ia harus menunaikan tanggung jawabnya.

Perhatikan firman Allah ini: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); disisi Allah lah pahala yang besar.” (QS:At-Taghabun: 15)

Demikianlah dibentang faktor-faktor yang melemahkan cita-cita dan mengendurkan semangat seseorang wanita muslimah. Namun, tentu ada solusinya untuk seseorang muslimah memiliki cita-cita tinggi kerana bercita-cita tinggi merupakan karektor Islam dan dengannya akan mengantar seseorang pada kebaikan tanrpa dikurangi, dengan izin Allah Ta’ala.

Tanamkanlah cita-cita tinggi dalam diri anda dan jangan terlepas darinya. Insya Allah, ikutilah bahagian keduanya……” Faktor-Faktor Penting Bagaimana Meninggikan Cita-Cita Dan…..

Wednesday, 15 April 2009

~ Cita-Cita Tinggi ~

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata:

Cita-cita tinggi adalah cita-cita yang tidak ditujukan kecuali hanya kepada Allah, dan tidak bisa ditujukan kepada selainNya. Ia tidak rela bila digantikan oleh selain Allah, ia juga tidak menggantikan rasa andilnya terhadap Allah kepada hal-hal rendah dan fana, ia hanya akan mendekat, senang,gembira, bahagia, dan suka kepadaNya. Cita-cita tinggi ibarat burung yang terbang di atas sekumpulan burung-burung, ia tidak rela sayapnya terlukai, sehingga ia tidak terkena bahaya sebagaimana yang menimpa burung-burung lainnya.

Sesungguhnya ‘sebuah cita-cita’ bila semakin tinggi, maka bahaya akan sulit untuk menimpanya. Tetapi bila cita-cita itu rendah, maka berbagai macam bahaya mudah datang dari setiap arah. Dan sesungguhnya bahaya merupakan penghalang dan penghadang. Sekali-kali ia tidak akan mengantarkan seseorang kepada puncak yang tertinggi, ia hanya akan menyeret ke tempat yang bawah dan hina. Cita-cita tinggi seseorang dapat dilihat dari adanya keberuntungan bagi dia, sementara cita-cita rendah seseorang dapat dilihat dari tidak adanya kemenangan yang didapat. “ [Madarijus Salikin karya Ibnul Qayyim, III/171-172]

Wednesday, 8 April 2009

~ Jadilah Penyeru Kebaikan ~

Bagaimanakah perasaan seseorang yang engkau beri bantuan kewangan, atau engkau beri hadiah yang berharga, atau engkau beri kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan?...atau engkau lakukan kebaikan dunia apapun terhadap mereka.

Tentu ia tidak akan melupakan kebaikanmu seumur hidup, ia akan selalu mengingatmu pada setiap waktu dan kesempatan!

Lalu, bagaimanakah respon mereka ketika engkau berikan kepada mereka “hadiah” yang sangat besar nilainya, kebaikan yang sangat berharga, dimana manfaatnya akan selalu ia rasakan tidak hanya di dunia ini saja, namun sampai di akhirat kelak dan ketika bertemu dengan Tuhannya, bahkan menjadi sarana yang menghantarnya masuk surga, atau tangga yang menghubungkannya mencapai surga Firdaus yang paling tinggi dengan izin Allah?!!

Ketahuilah,”hadiah agung” tersebut adalah seruan kepada seseorang untuk mengikuti risalah Allah di muka bumi. Menyadarkannya akan tujuan manusia diciptakan di bumi, mengajarkannya cara memenuhi kewajiban, mengenalkan kepadanya akhlak yang mulia, mengarahkannya untuk melakukan amal shalih, menjauhkannya dari maksiat, dan menyelamatkannnya dari kekafiran, jika ia non muslim.

Kemudian apa yang akan engkau rasakan, ketika melakukan tugas mulia ini, lalu engkau melihat hasilnya yang dengan sebab dirimu ia mendapatkan hidayah atau mendapatkan pendidikan?

Bukankah engkau akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, kegembiraan yang tak terkira, keceriaan yang memukau dan kenyamanan yang tak tergambarkan?

Semua ini akan memotivasi setiap muslim dan muslimah untuk menjalani kewajiban yang agung ini, untuk membagikan “hadiah” yang termahal tersebut kepada orang-orang yang berada disekitarnya secara cuma-cuma tanpa mengharap balasan maupun imbalan apapun…baik untuk orang-orang non muslim dengan menghantarkannya kepada hidayah Islam. Sedangkan untuk orang-orang muslim dengan memberikan bimbingan dan nasehat!

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang bermaksud, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang menyerah diri?” (QS.Fushilat: 33)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Bahwa Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui dirimu, sungguh hal itu lebih baik dari pada engkau memiliki unta merah.” (HR Bukhari & Muslim)

Beliau juga bersabda, “Barangsiapa menyeru kepada kebaikan – hidayah, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu sama sekali tidak mengurangi pahala mereka sama sekali,” (HR Muslim)

Jika engkau telah rela menjadi salah satu personil yang memanggul pemantik cahaya dan hidayah ini, maka tidaklah penting bagi anda untuk menjadi seseorang yang mampu menyampaikan materi atau makalah, tidak juga harus menjadi orang yang mampu mengarang buku, tidak juga untuk menjadi orang yang mampu berceramah, akan tetapi engkau bisa dan mampu melaksanakan tugas ini dengan berbagai sarana dengan usaha sekecil apapun, dan anda mampu melakukannya setiap saat.

Jika demikian halnya, maka marilah kita berlomba-lomba untuk menunaikan tugas para nabi, para rasul, dan orang-orang terpilih, agar kita berbahagia di dunia dan di akhirat, juga untuk membahagiakan orang-orang yang melalui perantaraan kita mereka dapat masuk Islam dan mendapatkan hidayah. [Petikan dari buku ‘Melejit Potensi Diri’ oleh Abdullah bin Abdul Aziz Al-‘Aidan, ms 174-177]

Thursday, 2 April 2009

~ Anjuran Melaksanakan Qiyamul Lail ~

Umar bin Dzar berkata, “Ketika para ahli ibadah melihat malam telah menyergap mereka dan memandang para ahli kemalasan dan kelalaian telah menuju tempat tidur mereka, lalu menikmati pembaringan dan tidurnya, maka mereka (para ahli ibadah) justru bangkit menghadap kepada Allah dengan suka cita dan riang gembira dengan ibadah yang baik di penghujung malam dan tahajjud yang panjang. Mereka menyambut malam dengan badan mereka dan menyongsong kegelapannya dengan wajah mereka. Kemudian malam pun berlalu meninggalkan mereka, namun kelezatan yang diperolehinya dari membaca Al-Quran tidak ikut berlalu dan badan mereka pun tidak jemu melaksanakana ibadah yang panjang.

Ketika pagi hari tiba dua golongan itu ditinggalkan oleh malam dengan keuntungan dan kerugian. Golongan yang satu menyambut pagi dengan perasaan jemu akibat tidur dan istirahat. Sedangkan golongan yang lain menyambut pagi dengan kerinduan akan datangnya malam untuk beribadah. Dua golongan itu amat sangat jauh berbeda. Jadi, berbuatlah untuk dirimu sendiri di tengah malam yang gelap gulita ini. Sebab, orang yang merugi adalah orang yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kebaikan malam dan siang, dan orang yang melarat adalah orang yang terhalang dari kebaikan malam dan siang.

Sesungguhnya siang dan malam itu dijadikan oleh Allah sebagai media bagi orang-orang yang beriman untuk taat kepada Rabbnya, dan sebagai malapetaka bagi orang-orang yang tidak beriman untuk melalaikan penyesalan mereka. Maka, hidupkanlah Allah di dalam dirimu dengan mengingatNya, kerana hati hanya bisa hidup dengan mengingat Allah.

Betapa banyak orang yang tidur pada malam ini dan mereka akan merindukannya untuk bangun beribadah ketika berada di dalam kegelapan liang kuburnya. Dan betapa banyak orang yang tidur pada malam-malam ini akan menyesali tidurnya yang panjang ketika kelak ia melihat kemurahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang tekun beribadah. Jadi, manfaatkanlah perjalanan waktu malam dan siang dengan sebaik-baiknya. Semoga Allah menyayangi anda.” [1000 Hikmah Ulama Salaf]