MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Thursday, 24 September 2009

~ Masih ‘Koma’, Belum ‘Titik’ ~

بسم الله الرحمن الرحيم

Kerinduan kerap keras mengganggu dalam hati ketika yang dirindukan masih jauh dari kenyataan. Setelah bertemu, semuanya menjadi begitu biasa. Segala rencana yang disusun, mentah seketika. Kita pun goyah untuk melangkah. Selanjutnya, putus asa menjadi begitu akrab menghiasi hari-hari berikutnya. Adakah kita sempat merenungkan hal ini?

Begitulah yang terjadi dengan bulan Ramadhan. Program yang jauh-jauh hari telah disusun, kadang tidak menjadi kenyataan setelah memasuki bulan mulia ini. Semuanya akibat kelemahan diri (al-‘ajz) dan iman. Ya, kelemahan yang telah meluluhlantakkan integritas diri lalu mencampakkannya ke sudut-sudut penyesalan yang tidak lagi berguna. Ditingkahi lagi oleh kemalasan yang membuat waktu berlalu percuma. Padahal, waktu adalah diri kita. Setiap detik yang berlalu, ibarat perginya setiap serpih dari tubuh kita. Dengan bijak, Rasulullah صلى الله عليه و سلم mengajarkan kepada umatnya sebuah doa, “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kelemahan diri dan kemalasan.”

Tuntunan Islam adalah selalu memperhatikan waktu yang ada saat ini, bukan kemarin atau esok. Seorang alim pernah menasihati, “Yang lalu telah luput dan yang akan terjadi tidak kita ketahui. Yang tersisa hanyalah waktu di mana saat ini Anda berada.” Sikap inilah yang menjadi ruh generasi awal Islam yang dijuluki sebagai generasi terbaik. Tak hairan jika evaluasi diri terus mereka lakukan setiap saat, tanpa sekat jam atau hari. Tidak ada kata menunda (taswif) dalam kamus mereka. Yang ada hanyalah berbuat, berbuat dan terus berbuat, lalu biarkan Allah, RasulNya dan orang-orang beriman yang menilai hasilnya.
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُون (QS At-Taubah:105)

Pada titik ini, kita lalu bertanya di mana letak jeda dan rehat. Bagi seorang mukmin, jeda atau rehat sebentar hanyalah sekadar sejenak perpindahan antara kebaikan menuju kebaikan lain (QS. Alam Nasyrah: 7) Bukan mengisi kelowongan dengan ketotolan yang sering tak berpangkal. Apa jadinya jika kebaikan yang telah dilakukan susah payah terhapus oleh keburukan yang datang menyusul.

Umat Islam generasi pertama juga meyakini bahwa kemaksiatanlah yang membuat keimanan mereka merosot. Betapa banyak orang yang memahami, kemaksiatan hanya sebatas dosa-dosa besar, lalu melupakan bahwa menghina orang, menyalahi janji, melelapkan diri hingga lalai dari solat subuh, merupakan halangan untuk menaikkan skala keimanan kita. Mengkambing hitamkan waktu, kesibukan, atau kejenuhan yang mendera bukanlah tindakan bijak. Sebab, setelah jiwa puas dengan dalih sesat ini, mulailah syaitan melunakkan hati kita untuk merasa puas dan menerima amal soleh kita yang sedikit.

Masih ada waktu untuk merubah diri, insya Allah. hanya perlu sedikit ketegasan,kesungguhan, ketabahan dan keyakinan untuk berbuat, di samping kesinambungan optimisme untuk mengusung perubahan diri dan menerjemahkannya dalam bentuk kongkrit. Akhirnya, apa yang kita upayakan di bulan Ramadhan ini, hanyalah ibarat sebuah ‘koma’, bukan ‘titik’. Sekadar jeda antara dan bukan akhir prestasi. Ketika kita memahami sebuah prestasi amal sebagai ‘titik’, sesungguhnya saat itu kita sedang melepas ‘ruh keberkesanan’ dari hidup kita. Untuk itu, ingatlah ‘koma’ dan lupakanlah ‘titik’. Setidaknya saat ini. Wallahu al-Muwaffiq.

Ramadhan telah berakhir, namun amalan di bulan Ramadhan belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir……… لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ mudah-mudahan kamu bertaqwa, itulah kemuncak kemenangan orang yang berpuasa.

Masih ada lagi puasa-puasa sunnah yang menanti, Masih ada lagi solat-solat sunnah, Masih ada qiyamulail, tahajjud, witir, Masih ada infaq dan sedekah, Masih ada zikir dan tilawah al-Qur’an, sehingga seorang itu bertemu dengan kematian,
“ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) (QS Al-Hijr: 99).

Ramadhan adalah bulan madrasah menjana amal dan istiqamah. Sebagai persiapan ruhiyyah menghadapi sebelas bulan yang mendatang. Semuga Allah meneguhkan hati kita di atas agamaNya dan mengurniakan kita istiqamah melaksanakan perintahNya, ameen.Wallahu al-Musta’an. [MN Ridwan]
[Sibili- Renungan Ramadhan, dengan sedikit perubahan dan penambahan]5 Syawal 1430

0 comments: