MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Friday, 27 February 2009

~ Surat Terbuka untuk Juru Dakwah Wanita ~

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Saya tidak tahu bagaimana harus memulai surat saya dan bagaimana saya menulisnya. Karena kesalahan itu begitu menyayat hati setiap kali saya mengingatinya. Betapa pedihnya saat-saat saya dilanda kecemasan dan ketakutan akan detail kejahatan yang membuat saya menangis darah dan sangat menderita. Apakah saya layak memberikan nasihat kepada saudari-saudari saya, para juru dakwah wanita? Karena itu adalah peringatan dan pengingat akan besarnya tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka, maka kritik saya adalah: Di mana gerangan para juru dakwah wanita yang memiliki keahlian untuk memberikan bimbingan keimanan dan meyampaikan hadits-hadits Nabawi yang shahih? Sesungguhnya kami benar-benar membutuhkan cinta dan budi baik mereka dengan kata-kata yang baik dan ungkapan yang tulus.

Wahai pelajar putri…
Wahai juru dakwah wanita…


Anda adalah cahaya bagi kami di dalam gelapnya penjara. Maka janganlah anda halangi kami dari tulisan, ucapan dan kisah yang anda sampaikan. Anda adalah orang dengan hati berselimutkan keimanan, sehingga qalbu merasa kasihan melihat masa depan kami. Karena betapapun kami telah melakukan kesalahan dan kaki kami pernah terpeleset, kami tetaplah pemilik kerudung, kesucian dan kehormatan. Kami benar-benar membutuhkan bantuan anda untuk membela kaum anda yang terjerumus ke dalam kesalahan dan terkurung di bailk jeriji besi.

Jadi betapapun kami pernah melakukan kekhilafan, tetapi kami tetaplah cucu-cucu Aisyah, Asma’ dan Sumayyah. Kami akan terpengaruh, menaiki puncak dan mengoreksi kesalahan dengan nasihat anda. Anda harus mengembalikan cita-cita kami, mengobati luka kami, menghapus air mata kami, dan membahagiakan hati kami. Dan, boleh jadi pengarahan anda akan menghempaskan halusinasi yang bohong dan angan-angan yang menipu kami hingga terjerumus ke dalam lorong-lorong penjara dan kegelapannya yang pekat.

Saudari juru dakwah…

Hati saya benar-benar rasa bahagia dan dada kami terasa sejuk ketika saya bisa kembali kepada Al-Qur’anul Karim. Karena sebelumnya saya tidak memiliki ketenangan dan kesantunan, dan tidak mampu meluruskan kesalahan dengan langkah yang mantap. Sebab, tanpa A-Qur’an, cita-cita saya begitu lemah. Saya menjadi lupa diri, tidak bisa merasakan manisnya iman dan keikhlasan kepada Allah سبحا نه و تعالى. Benar apa yang dikatakan oleh seorang juru dakwah wanita kepada saya ketika dia mengatakan,

“ Hafalkanlah Al-Qur’an Al-Karim,karena ia adalah ilmu. Sedangkan ilmu adalah cahaya. Dan cahaya Allah adalah pengaman bagi wanita-wanita yang berjalan.”

Hendaklah cita--cita dan obsesi terbesar anda adalah rambu-rambu dan tanda-tanda berikut:
Manhaj : Syari’at Allah سبحا نه و تعالى dan ajaran Rasulullah صلى الله عليه و سلم
Akhlak : Akhlak Islami yang luhur.
Etika : Malu, iffah (menjaga kehormatan diri), suci dan hijab.
Idola : Para Ummul Mukminin dan para wanita shalihah.
Cinta : Allah سبحا نه و تعالى, Rasulullah صلى الله عليه و سلم dan wanita-wanita beriman.
Kesendirian : Berdzikir kepada Allah سبحا نه و تعالى, membaca al-Qur’an, shalat dan ibadah-ibadah sunnah.
Teman : Setiap muslimah yang beriman, konsisten terhadap agamanya, dan suka memberikan nasihat yang baik.
Musuh : Narkoba dan semua majalah, channel dan segala tempat yang menyebarkan nilai-nilai murahan.
Penutup : Syahadat Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah
Balasan: Masuk ke dalam Surga bersama para Nabi dan shiddiqin.
Saudari anda: Narapidana wanita

[ Petikan dari buku ‘Air Mata Penjara Wanita’ oleh Shalih bin Abdul Aziz Al-Muhaimid, ms. 90-92]

Friday, 20 February 2009

~ Lembut Dalam Berdakwah ~

Yazid bin Ashom berkata bahwa dahulu ada seorang pria bengis berasal dari Syam. Ia dilaporkan kepada Umar bin Khathab karena kebengisannya itu. Umar merasa kehilangan dia dan menanyakan tentang dirinya. Ada yang bilang bahwa ia terus-menerus minum-minuman. Kemudian Umar memanggil sekretarisnya dan berkata, “Tulislah! Dari Umar bin Khathab kepada Fulan. Salamun Alaika. Aku memanjatkan puji syukur kehadirat Allah yang tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang Maha Mengampuni dosa, yang Maha Menerima taubat, yang Maha Dasyat siksaNya lagi Maha kaya. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan kepadaNya tempat kembali.” Lalu Umar memanjatkan doa dan diamini oleh orang-orang disekitarnya. Mereka pun berdoa agar ia segera menghadap kepada Allah dengan hatinya dan bertaubat kepadaNya.

Surat itu sampai ke tangan pria tersebut. Setelah membacanya ia berkaa, “Dia Maha Mengampuni dosa. Allah telah berjanji kepdaku untuk mengampuni aku. Dia Maha Menerima taubat lagi Maha Dasyat siksaNya. Dia telah memperingatkan aku akan akibat dari orang yang memiliki kekayaan. (Kekayaan itu adalah kebaikan yang banyak.) Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan kepadaNya tempat kembali.”

Ia terus mengulang-ulang kata-kata itu kepada dirinya, lalu menangis tersedu-sedu. Ia pun menghentikan kebiasaan buruknya dengan baik. dan ketika hal itu sampai kepada Umar, maka Umar berkata, “Begitulah hendaknya kalian berbuat. Jika kalian melihat salah seorang saudara kalian melakukan kesalahan, maka luruskanlah, bantulah dan panjatkanlah doa agar Allah berkenan menerima tuabatnya. Jangan sekali-kali kalian menjadi teman setan yang tengah mengganggunya. “ [1000 Hikmah Ulama Salaf]

Wednesday, 18 February 2009

~ Mutiara Salafi ~

Berilmu dan Menuntut Ilmu


Abu Darda’ berkata, “Belajarlah sebelum ilmu diangkat. Ilmu diangkat dengan meninggalnya ulama. Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu memiliki kedudukan yang sama dalam hal pahala. Sesungguhnya manusia itu hanya ada dua: orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu. Dan tidak ada kebaikan pada diri manusia yang selain itu.”


Wahab bin Munabbih berkata, “Ada tiga hal yang berasal dari ilmu: kehati-hatian yang menghalangi seseorang dari perbuatan maksiat; budi pekerti yang digunakan untuk bersikap baik kepada orang lain; dan kesantunan yang digunakan untuk membalas kejahilan orang jahil.”


Sufyan Ats-tsauri berkata, “Kami tidak pernah berhenti mengkaji ilmu selama ada orang yang mengajari kami.”


Sufyan bin Uyainah berkata, “ Orang yang berakal bukanlah orang yang mengetahui baik dan buruk, melainkan orang yang apabila melihat kebaikan, ia mengikutinya dan jika melihat keburukan, ia akan menjauhinya.”


Malik bin Dinar berkata, “Jika seseorang mencari ilmu untuk diamalkan, maka ilmunya itu akan melunakkan hatinya. Jika ia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmunya itu akan menambah kesombongannya.”