MENGENAL INDAHNYA ISLAM...

الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Sunday, 16 December 2007

~Beramal Dengan Hadits Dha'if, Maudhu'?

بسم الله الرحمن الرحيم

Ketika saya meneliti dan menelaah kitab ‘Silsilah Hadits Dha’if dan Maudhu’ tulisan Muhammad Nashiruddin Al-Albani, saya amat terkejut kerana ada beberapa amalan saya yang diperjuangkan bertahun-tahun sebelum ini termasuk dalam amalan hadits yang tidak ada sumbernya malah amalan tersebut bertentangan dgn sunnah Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam pula. Subhanallah! Malu saya beramal dengan amalan yang tidak mendapat pengiktiraf Nabi Saw. Namun saya amat bersyukur pada Allah Ta'ala kerana telah menunjukkan jalanNya. Masih belum terlambat untuk melepaskan segala amalan-amalan yang tiada sumber apalagi bertentang dengan sunnah Rasulullah. Alhamdulillah.

Di sini ingin saya berkongsi apa yang saya dapati hasil dari pembacaan ke atas kitab tersebut. Sudah menjadi kelaziman kita untuk memetik ucapan dan sabda Baginda saw tanpa memeriksa terlebih dahulu, dalam penyampaian kita, ceramah-ceramah kita, apalagi kalau kita menjadikan ia sebagai amalan yang kita anggap berdasarkan hadits sahih yang bersumberkan dari Nabi Muhammad Saw. Malah kita seronok meuwar-uwarkan nya pula.

1) “Bulan Ramadhan tergantung antara langit dan bumi, tidak diangkat ke hadirat Allah kecuali oleh zakat fitrah.” – Ibnul Jauzi meriwayatkannya sebagai Hadits dha’if. (lemah)

2) “Perselisihan di antara umatku adalah rahmat” – Hadits ini tidak ada sumbernya. Hadits ini tidak dikenal di kalangan para pakar hadits dan penulis pun tidak menjumpai sanadnya yang sahih, dhaif ataupun maudhu’. Barangkali ini termasuk sederetan ucapan yang paling merusak dan membawa bencana. Bila perselisihan dan pertentangan itu merupakan rahmat, pastilah kesepakatan dan kerukunan itu merupakan kutukan. Ini tidak mungkin akan diucapkan apalagi diyakini oleh kaum muslimin yang berpikir tenang dan teliti. Masalahnya, hanya dua alternatif, yakni bersepakat atau berselisih, yang berarti rahmat atau kutukan (kemurkaan).

3) “Barangsiapa mengenal dirinya, berarti ia telah mengenal Tuhannya.” – Hadits ini tidak ada sumbernya oleh Imam Nawawi. Ibnu Taimiyah menyatakan hadits ini maudhu’. Yang jelas,ia termasuk israiliyat yang isinya antara lain, “Wahai manusia, kenalilah dirimu, maka engkau akan mengenal Tuhanmu.”

4) “Sesungguhnya segala sesuatu mempunyai jantung, sedangkan jantung Al-Qur’an adalah surat Yasin. Barangsiapa membacanya, seperti ia membaca Al-Qur’an sepuluh kali.” – Hadits ini maudhu (palsu) dinyatakan majoriti pakar hadits.

5) “Barangsiapa yang membaca surat al-Waqi’ah setiap malam, maka ia tidak akan ditimpa kefakiran selama-lamanya.” – Hadits ini dhaif. Dan ada beberapa hadits yang berkaitan dengan membaca surah Al-Waqi’ah dikategori sebagai hadits maudhu’.

6) “Barangsiapa berpegang teguh kepada sunnahku pada saat kerusakan melanda umatku, maka baginya pahala seperti pahala seratus syahid.” – Hadits ini sangat dhaif

7) “Tidak ada yang lebih utama bagi seorang hamba yang ditinggalkannya bagi keluarganya ketika beranjak pergi (safar) daripada dua rakkat yang dilakukannya di rumah.” – Hadits ini dhaif. Yang sangat mengherankan penulis (Al-Albani), yaitu Imam Nawawi yang berdasarkan hadits di atas menyatakan disunnahkannya bagi seorang musafir untuk solat dua rakaat sebelum keluar rumah. Jelas pernyataan tersebut perlu ditinjau kembali, sebab meng-istihhab-kan (mensunnahkan) suatu hukum syariat tidaklah dibenarkan dengan bersandar pada hadits dhaif. Bila ada, ini adalah pentasyri’an baru dalam agama, dikeranakan sebelumnya belum pernah dilakukan oleh para sahabat ataupun tabi’in maupun tabi’ut tabi’in.

8) “Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri China.” - Susunan dari hadits ini adalah sangat dhaif atau bahkan sampai pada derajat batil.

9) “Cintailah bangsa Arab kerana tiga hal. Kerana aku orang Arab, kerana Al-Qur’an berbahasa Arab, dan kerana bahasa penghuni surga adalah bahasa Aab.” - Hadits ini maudhu’.

Kesan negative dari hadits-hadits maudhu’ dan dhaif ini adalah ia akan mengilhami manusia untuk mengamalkannya demi mendapatkan pahala tanpa menghiraukan apakah hadits itu sahih, dhaif ataupun maudhu’. Kerana salah satu hasilnya adalah munculnya sikap meremehkan (menganggap mudah) hadits di kalangan kaum muslimin, kalangan ulama, penceramah, maupun ustaz dalam meriwayatkan dan mengungkapkan hadits Rasulullah saw. Padahal, ini bertentangan dengan hadits Nabi saw yang sahih: “Barangsiapa dengan sengaja berdusta dalam hadits-haditsku dengan sengaja, hendaklah ia menempatkan dirinya dalam api neraka.”

Cukup sampai di sini beberapa hadits yang dapat saya senaraikan yang terdapat dalam buku tersebut. Malah dalam buku tersebut juga terdapat banyak sekali hadits-hadits dhaif/maudhu’/mungkar yang terdapat di kitab ‘Ihya Ulumuddin’ karangan Imam Al-Ghazali. Oleh itu, hendaklah kita berhati-hati dalam menilai hadits-hadtis tersebut. Sikap berhati-hati itu lebih selamat daripada kita beramal dengan amalan yang tiada sumbernya, sungguh tidak ada bezanya mengamalkan hadits-hadits hukum maupun hadits tentang amalan-amalan yang utama (fadhailul amal) sebab keduanya adalah ajaran syariat. Wallahu ‘alam.

Ini baru jilid satu yang mengandungi 500 silsilah hadits dhaif dan maudhu.
Ada 3 jilid lagi menunggu giliran!.

0 comments: